Di zaman sekarang, sulit rasanya melepaskan kegiatan kita sehari-hari dari dunia digital. Hampir semua orang mengoperasikan gadget dan menggunakan internet sebagai kebutuhan hidup setiap harinya. Di Indonesia sendiri, perkembangan dunia digital terbilang cukup pesat. Banyak startup-startup Indonesia mulai bermunculan menawarkan segala macam inovasi yang memudahkan kita dalam menjalani aktivitas. Mulai dari ojek online, travel, hingga perusahaan e-commerce pun turut meramaikan perekonomian digital di Indonesia.
Munculnya startup-startup dan bisnis digital inilah yang akhirnya mengantarkan Indonesia ke gerbang persaingan ekonomi. Tentunya untuk bisa bersaing di ajang global, produk-produk lokal yang ditawarkan pun haruslah yang inovatif.
Dengan begitu, produk-produk kreatif milik Indonesia pun mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. Hal ini sudah terbukti dengan beberapa startup Indonesia yang sudah mendapat predikat unicorn.
Menurut data OJK, tercatat hingga Agustus 2019 ada 48 perusahaan fintech yang terdaftar dalam 15 kluster inovasi keuangan digital. Selain itu, untuk fintech yang sudah berizin tercatat ada sebanyak 127 perusahaan fintech peer to peer lending.
Baca Juga: Pentingnya Inkubator Bisnis bagi Pengusaha Tahap Awal
Terlepas dari itu semua, sebuah hasil laporan dari Temasek, Google, dan Bain & Company menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada akhir tahun 2019 menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan menyentuh angka USD 40 miliar atau mencapai Rp566,28 triliun.
Perolehan tersebut mengalahkan negara-negara ASEAN lain seperti Filipina (USD 7 miliar), Malaysia (USD 11 miliar), Vietnam (USD 12 miliar), Singapura (USD 12 miliar), dan Thailand (USD 16 miliar).
Perolehan tersebut membuat Indonesia menjadi negara sebagai kontributor terpesat sekaligus terbesar dalam perkembangan ekonomi digital atau ekonomi yang berbasis internet di Asia Tenggara.
Penggerak utama pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia didominasi oleh wilayah Jabodetabek dengan total pembelanjaan mencapai USD 555 per kapita. Sedangkan untuk wilayah di luar Jabodetabek, total pembelanjaan rata-rata hanya mencapai USD 103 per kapita.
Puncaknya pada tahun 2025, ekonomi digital Indonesia akan terus naik hingga USD 133 miliar atau Rp1.826 triliun, melonjak pesat dari proyeksi tahun 2019. Perolehan tersebut jauh jika dibandingkan dengan ekonomi digital Thailand pada tahun 2025 yang diprediksi hanya menyentuh angka USD 50 miliar saja.
Baca Juga: Manajemen Krisis Perusahaan, Pentingkah untuk Startup?
Di tahun yang sama, untuk bidang e-commerce diprediksi akan menyentuh angka USD 82 miliar. Sementara di sektor ride-hailing atau jasa transportasi online akan mencapai angka USD 18 miliar pada tahun 2025.
Di mana pada tahun 2015, sektor ride-hailing masih berkutat di angka USD 900 juta, tetapi tahun ini justru mengalami peningkatan mencapai USD 6 miliar. Tak hanya dua sektor itu saja, online media dan online travel juga turut andil dalam pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Sektor online travel akan mengalami kenaikan dengan angka pertumbuhan rata-rata 19 persen pada akhir tahun ini. Sedangkan untuk online media, di akhir tahun 2019 akan tumbuh enam kali lipat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 56 persen. Adapun online media yang dimaksud adalah musik dan video berlangganan, game online, dan layanan iklan online.
Sayangnya, pertumbuhan ekonomi yang pesat ternyata tidak dibarengi dengan literasi finansial yang merata. Tercatat, sebanyak 47 juta orang di Indonesia tergolong underbanked atau memiliki rekening bank tetapi tidak cukup memiliki akses investasi, kredit, dan asuransi. Selain itu, ada sekitar 92 juta orang lainnya di Indonesia yang tidak memiliki rekening bank.
Walaupun perkembangan ekonomi Indonesia terbilang pesat, tapi tidak semerta-merta membuat pemerintah terlena dalam euforia. Tumbuhnya ekonomi digital Indonesia, memberikan tantangan tersendiri bagi pemerintah.
Baca Juga: Investasi Fintech: Pengertian, Tips, dan Risiko
Di mana berbagai tantangan ini perlu dipersiapkan dengan strategi-strategi yang terencana. Untuk kasus di Indonesia, ada tiga tantangan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Berikut di antaranya:
Ketersediaan Internet Cepat dan Merata
Internet merupakan hal pokok yang harus diperhatikan pemerintah guna meningkatkan perekonomian digital. Internet di Indonesia masih terpusat di pulau-pulau terbesar saja, seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan Nusa Tenggara.
Sedangkan di sebagian daerah di pulau-pulau lain seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Papua, akses internet masih sangat terbatas dan jauh dari kata merata. Bayangkan jika internet di semua pulau-pulau tersebut terpenuhi secara merata, bukan tidak mungkin jika perkembangan ekonomi digital kita pun akan semakin melesat.
Baca Juga: Pengusaha Muda Indonesia yang Sukses Memulai Bisnis dari Nol
Pembangunan SDM yang berkualitas
Tantangan lain yang juga menjadi PR untuk pemerintah adalah pembangunan sumber daya manusia. Agar perekonomian Indonesia bisa melaju dengan begitu cepat, tentu kita harus memanfaatkan salah satu modal utama negara kita, yakni sumber daya manusia.
Meski SDM Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan negara-negara di ASEAN, tetapi tenaga kasar masih mendominasi sumber daya kita. Maka dari itu, pemerintah perlu mengedukasi masyarakat serta membenahi sistem pendidikan sesuai perkembangan zaman agar bisa bersaing di ranah ekonomi digital.