Membangun bisnis tentu saja berharap agar usaha tersebut berjalan dalam jangka waktu yang panjang. Banyak unsur penilaian untuk memahami apakah sebuah bisnis bisa berkembang dalam waktu panjang atau tidak. Salah satu unsur besar yang harus dipahami untuk bisa menentukan hal tersebut adalah Break Even Point atau BEP.
Break Even Point atau BEP jadi tolok ukur penting untuk memahami apakah bisnis yang Anda miliki mendapatkan keuntungan atau tidak. Menghitung BEP jadi salah satu yang harus dilakukan pebisnis untuk memahami usahanya. Sebelum memahami rumusnya, berikut pengertian Break Even Point yang wajib diketahui para pelaku bisnis.
Baca Juga: Apa Itu Return On Investment (ROI) dan Cara Menghitungnya
Apa yang Dimaksud dengan Break Even Point (BEP)?
Apa yang dimaksud dengan BEP? Break Even Point atau BEP pada dasarnya adalah titik impas. Titik impas ini merupakan suatu kejadian di saat pendapatan (revenue) dan modal dari perusahaan yang Anda bangun mengalami jumlah yang sama.
Dalam momen Break Even Point atau BEP, perusahaan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Dalam bahasa yang lebih sederhana, BEP merupakan momen balik modal. Dari fakta tersebut tentu saja bisa disimpulkan kalau BEP merupakan hal penting dalam bisnis.
Momen titik impas ini sangat penting untuk menentukan anggaran perusahaan di masa depan. Banyak hal yang harus diperhitungkan saat membahas BEP. Beberapa di antaranya adalah biaya produksi, jumlah karyawan yang direkrut, dan jumlah keuntungan yang bisa didapatkan.
Menghitung BEP sangat bermanfaat bagi Anda pemilik bisnis. BEP akan memberikan informasi tentang berapa banyak investasi yang dibutuhkan untuk bisa mengimbangi pengeluaran di awal. Lalu menghitung BEP juga akan memberi margin sebagai langkah pembatas agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Hasil penghitungan juga bisa digunakan untuk aspek-aspek lain sepeti analisa jual beli saham hingga analisa anggaran dari beberapa projek yang akan dibuat perusahaan.
Baca Juga: Mengenal Business Model Canvas (BMC) dan 9 Elemennya
Komponen yang Dihitung dalam BEP
Menghitung BEP atau Break Even Point tak bisa sembarang. Ada beberapa komponen BEP yang harus ikut dihitung agar menemukan hasil yang tepat. Berikut beberapa komponen yang diperlukan untuk menghitung BEP:
Biaya tetap (Fixed Cost)
Komponen satu ini merupakan biaya tetap yang dihitung sepenuhnya baik ketika perusahaan sedang aktif berproduksi maupun tidak berproduksi.
Harga jual (Selling price)
Kamu juga harus menghitung harga jual dari barang-barang yang sudah diproduksi. Harga jual ini wajib dihitung per unit. Tak hanya barang, harga jasa juga termasuk dalam komponen ini.
Pendapatan (Revenue)
Hitung juga pendapatan atau pemasukan yang diterima oleh penjual barang yang sudah Anda produksi.
Biaya variable (Variable cost)
Khusus komponen yang satu ini cukup unik. Pasalnya, biaya variabel bersifat dinamis dan bergantung kepada volume produksi yang sedang dijalankan. Produksi yang meningkat akan membuat biaya variabel juga naik, begitu pula sebaliknya.
Laba (Profit)
Laba atau keuntungan (profit) bisa didapat dari sisa penghasilan yang sudah dikurangi biaya tetap dan variabel keseluruhan.
Rumus dan Cara Menghitung BEP
Jika Anda sudah memahami seluruh komponen dalan BEP atau Break Even Point, maka menghitung titik impas juga akan semakin mudah. Dalam akutansi, BEP digunakan untuk menemukan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk produksi barang atau menghasilkan jasa bisa sesuai atau sama persis dengan pendapatan yang didapat dalam periode tersebut. Untuk bisa memahaminya, berikut beberapa rumus dan cara menghitung BEP:
BEP = Biaya tetap : Margin kontribusi per unit
Rumus ini digunakan saat Anda sudah mengetahui berapa banyak minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya produksi. Setelah itu bisa juga langsung dikalikan dengan biaya per unitnya.
BEP = Biaya tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit)
Rumus BEP ini yang paling dasar untuk mengetahui titik impas di mana jumlah biaya produksi dan unit yang dikeluarkan memiliki beban setara. Selisih dari pengurangan variabel unit dan harga jual per unit merupakan rumus dasar dari margin kontribusi.
Margin kontribusi : Total sales – Biaya variabel
Margin kontribusi ini digunakan untuk mengetahui berapa keuntungan dari produk yang dijual ke pasaran dengan cara mengukur efek dari sales terhadap keuntungan. Perhatikan biaya variabel yang dikenakan termasuk dengan total biaya atau total penjualan dari perusahaan tersebut. Margin ini bisa memisahkan biaya produksi dengan keuntungan yang didapat sehingga perusahaan bisa memahami interval harga dari produk atau jasa yang dijual.
BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit
Sebagai rumus tambahan, jika menginginkan hasil BEP dalam mata uang Rupiah, gunakanlah rumus di atas. Formulasikan rumus Break Even Point dalam unit dikalikan dengan harganya.
Baca Juga: Kenali Gross Merchandise Value (GMV) dan Cara Menghitungnya
Contoh Perhitungan BEP
Perusahaan Sepeda Tua memiliki data-data biaya dan rencana produksi sebagai berikut:
Biaya tetap sebulan sebesar Rp100 juta yang terdiri dari:
- Gaji pegawai + pemilik : Rp40.000.000
- Asuransi kesehatan : Rp10.000.000
- Sewa kantor : Rp20.000.000
- Sewa pabrik : Rp30.000.000
Biaya variabel per unit Rp100.000 yaitu terdiri dari:
- Bahan baku : Rp55.000
- Tenaga kerja langsung : Rp20.000
- Biaya lain : Rp25.000
Harga jual per unit Rp200.000
Berikut cara menghitung BEP dari perusahaan Sepeda Tua tersebut:
BEP unit = Biaya tetap : (harga/unit – biaya variabel/unit)
BEP unit = Rp100.000.000 : (Rp200.000 – Rp100.000)
= Rp100.000.000 : Rp100.000
= 1.000 unit
BEP yang bisa ditemukan adalah 1000 unit berdasarkan rumus dan kalkulasi di atas.
Kemudian gunakan rumus BEP Rupiah = Biaya tetap : (kontribusi margin/unit harga/unit)
BEP Rupiah = Rp100.000 : (Rp100.000/Rp200.000)
= Rp100.000.000 : 0.5
= Rp200.000.000
Jadi bisa ditemukan bahwa BEP dalam nilai Rupiah dari perusahaan Sepeda Tua adalah Rp200.000.000.
Baca Juga: Apa itu Revenue Stream dan Pentingnya bagi Startup
Faktor-Faktor yang Bisa Memengaruhi BEP
Pahami cara menghitung BEP untuk bisa mengetahui target perusahaan dalam menutupi biaya produksi. Namun meski sudah dihitung secara sempurnya, BEP ini juga bisa mengalami kenaikan atau penurunan bergantung dari beberapa faktor. Berikut faktor-faktor yang bisa memengaruhi BEP perusahaan:
Perawatan alat produksi
Dalam perjalanan membangun bisnis, tentu Anda harus merawat alat-alat yang digunakan untuk memproduksi barang yang dijual. Perawatan alat ini diperlukan agar produksi tetap terus berjalan dengan lancar. Namun perawatan tentu akan memakan biaya sendiri. Tambahan biaya inilah yang bisa memengaruhi kenaikan BEP.
Biaya produksi yang naik
Biaya produksi akan naik melihat dari beberapa hal yang menunjang dalam kegiatan tersebut. Salah satu yang paling vital adalah terkait biaya bahan baku dari produk yang diproduksi. Biaya bahan baku ini akan mengalami kenaikan seiring waktu. Belum lagi Anda harus memikirkan tentang biaya sewa gedung atau gaji karyawan.
Peningkatan produksi
BEP juga bisa naik jika permintaan dari pasar meningkat. Saat permintaan meningkat, maka perusahaan akan semakin banyak memproduksi barang. BEP akan langsung naik karena harus menutupi biaya produksi dari permintaan tersebut.
Begitulah pengertian BEP atau Break Even Point beserta rumus dan cara menghitungnya. Kamu sebagai pemilik bisnis memang harus memahami BEP atau titik impas ini untuk mengetahui berapa banyak anggaran yang dibutuhkan perusahaan di masa depan sebelum melakukan produksi. Dengan pemahaman BEP yang tepat maka perusahaan yang Anda jalankan bisa berjalan dengan lancar dan berkembang dengan pesat.