Startup new economy pengembang produk makanan sehat Lemonilo belum lama ini membukukan pendanaan seri B. Perolehan di putaran baru tersebut makin mengokohkan valuasi perusahaan, hingga masuk ke jajaran centaur. Dari informasi yang kami dapat, estimasi valuasi startup Lemonilo telah mencapai sekitar $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah.
Soal masuknya Lemonilo ke centaur, kami juga mendapatkan konfirmasi dari salah satu pihak yang terlibat dalam putaran investasi mereka.
Jajaran investor Lemonilo saat ini termasuk Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, dan Seqouia Capital. Sebelumnya East Ventures sempat terlibat juga di pendanaan awal mereka, hanya saja saat ini sudah exit.
Baca Juga: Manajemen Krisis Perusahaan, Pentingkah untuk Startup?
Startup tersebut diinisiasi sejak tahun 2015 oleh tiga orang founder, yakni Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant, dan Ronald Wijaya. Berawal dari memproduksi alternatif mi instan sehat, kini kategori produk Lemonilo sudah meluas, meliputi produk bahan makanan, minuman, bahkan sampai brand produk perawatan kulit.
Di segmen ini, Lemonilo tidak bermain sendiri. Ada beberapa startup new economy yang juga masuk ke ranah tersebut. Untuk produk mi sehat sendiri, startup wellness The Fit Company juga memproduksi varian produk Fitmee.
Co-Founder & Co-CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia dalam kesempatan wawancara dengan DailySocial.id mengungkapkan, tidak dimungkiri saat ini produk mi instan masih menjadi terfavorit, namun mereka mengaku mendapati permintaan yang cukup besar untuk produk lain seperti camilan.
Inovasi produk saat ini juga tengah menjadi fokus perusahaan, termasuk untuk menghadirkan varian rasa baru. Disampaikan sampai saat ini mereka telah meluncurkan lebih dari 40 jenis produk. Semua produk ini dijual di platform digitalnya sendiri serta tersedia di lebih dari 100 ribu titik distribusi di berbagai wilayah Indonesia — termasuk memanfaatkan jaringan reselleryang dimiliki.
Baca Juga: Pentingnya Inkubator Bisnis bagi Pengusaha Tahap Awal
Sejak awal, Lemonilo memanfaatkan platform teknologi yang dikembangkan sendiri –berupa situs web dan aplikasi—untuk distribusi dan promosi produk.
“Area yang masih mendominasi sebagian besar pelanggan Lemonilo adalah pulau Jawa. Target Lemonilo hingga akhir tahun ini bisa menambah lebih banyak varian produk untuk pelanggan,” kata Shinta.
Ia juga mengatakan, dana segar yang didapat pada putaran terakhir akan difokuskan untuk ekspansi serta memperkuat jaringan distribusi produknya di Indonesia, menambah jumlah tim, mengembangkan dan meluncurkan produk baru, juga pengembangan teknologi untuk melayani penggunanya dengan lebih baik.
Lemonilo ingin mengisi market gap antara produk sehat impor berharga tinggi dengan perusahaan FMCG yang ada di pasar. Setiap produk yang dikembangkan oleh Lemonilo memiliki tiga pilar: sehat, praktis, dan terjangkau. Dengan standar ini, setiap produk Lemonilo dipastikan bebas dari 100+ bahan berpotensi bahaya (seperti pengawet, penguat rasa, dan aneka bahan sintetis) yang kerap ditemukan pada produk consumer goodslainnya.
Baca Juga: Apa Itu Unicorn, Decacorn, dan Hectocorn? Ini Perbedaannya
Dalam Startup Report 2020 kami mendata, hingga akhir 2020 terdapat 43 startup Indonesia yang sudah masuk ke jajaran centaur. Bahkan 6 di antaranya sudah masuk ke jajaran centaur tahap akhir dengan valuasi di atas $500 juta.
Selain Lemonilo, tahun ini ada beberapa startup yang masuki ke valuasi tersebut. Di antaranya BukuWarung, Ula, dan BukuKas.
Artikel ini telah ditayangkan di Dailysocial.id, baca selengkapnya di link ini.