Istilah unicorn memang bukan sesuatu yang baru lagi di telinga kita. Namun untuk sebagian orang, masih belum tahu makna di balik kata “unicorn”. Unicorn merupakan istilah bagi perusahaan rintisan atau startup yang memiliki valuasi senilai 1 miliar dolar Amerika Serikat.
Istilah unicorn pertama kali dicetuskan oleh Aileen Lee yang merupakan pendiri dari Cowboy Ventures. Kata unicorn muncul pada saat Cowboy Ventures melakukan dataset dan mengelompokkan daftar perusahaan dengan nilai valuasi tinggi. Terkumpulah 39 perusahaan dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar. Dari sinilah Lee mengategorikan perusahaan-perusahaan ini dengan sebutan startup unicorn.
Ada lebih dari 350 perusahaan unicorn yang tersebar di seluruh dunia. Lima di antaranya datang dari Indonesia, yakni Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan yang terbaru adalah OVO. Sedangkan China menjadi negara penyumbang perusahaan unicorn terbanyak di dunia, yakni ada sekitar 204 perusahaan unicorn berasal dari negeri tirai bambu.
Disusul oleh Amerika Serikat yang memiliki 203 pusahaan unicorn. Meski jumlahnya terbilang jauh jika dibandingkan dengan dua negara di atas, tetapi perekonomian digital Indonesia berada di jalur yang benar.
Mengapa demikian? Karena pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menjadi yang terpesat di Asia Tenggara mengalahkan negara-negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Thailand.
Baca Juga: 9 Pengusaha Muda Indonesia yang Sukses Memulai Bisnis dari Nol
Hal ini terbukti dengan lahirnya startup-startup Indonesia yang terus bermunculan menawarkan inovasi yang menguntungkan. Namun yang menjadi sorotan tentunya adalah kelima perusahaan unicorn Indonesia. Lima startup unicorn di Indonesia ini semuanya berbasis aplikasi dan selalu inovatif dalam memberikan layanan terbaik untuk para penggunanya.
Bukan sesuatu yang mustahil jika jumlah startup unicorn di Indonesia akan bertambah tiap tahunnya. Semakin banyak perusahaan unicorn yang terlahir, maka semakin besar pula kesempatan Indonesia untuk ikut dalam persaingan ekonomi global.
Berikut profil 5 perusahaan unicorn di Indonesia:
1. Gojek
Gojek merupakan perusahaan Indonesia pertama yang menyandang gelar unicorn pada tahun 2016 silam. Awalnya pada tahun 2010, Nadiem Makarim mendirikan Gojek sebagai layanan pemesanan ojek melalui call-center. Perlahan tapi pasti, Gojek kian melesat dengan meluncurkan sebuah aplikasi berbasis tiga layanan pada tahun 2015, yaitu GoRide, GoSend, dan GoMart.
Dengan segala inovasi yang dimilikinya, salah satu unicorn terbesar di Indonesia ini berhasil menjadi sebuah aplikasi yang kini digunakan oleh jutaan orang setiap harinya. Kini ada sekitar 20 layanan yang ditawarkan Gojek guna mempermudah penggunanya. Mulai dari transportasi (GoRide dan GoCar), pesan antar makanan (Gofood), Pembayaran (GoBills dan GoPay), Belanja (GoShop, GoMart, dan GoMall), pengirima barang (GoSend), dan masih banyak lagi.
Jika dilihat dari nilai valuasi sekarang yang sudah mencapai lebih dari 10 miliar dolar, perusahaan berbasis transportasi online ini sebenarnya sudah bukan masuk ke dalam perusahaan unicorn Indonesia lagi, melainkan decacorn. Kucuran dana tersebut paling besar datang dari para investor seperti Mitsubishi Motors, Sequoia Capital India, Formation Group, Google, Warburg Pincus, dan Tencent.
Baca Juga: Pendanaan Seri A dan Manfaatnya Bagi Perusahaan Startup
2. Tokopedia
Tokopedia menjadi perusahaan selanjutnya yang mendapat gelar unicorn setelah Gojek. Platform e-commerce berbasis marketplace ini didirikan pada tahun 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison.
Hingga bulan Oktober kemarin, Tokopedia telah memiliki nilai valuasi mencapai 7 miliar dolar Amerika atau setara dengan Rp99 triliun. Artinya, Tokped hanya butuh valuasi senilai 3 miliar lagi untuk bisa menyusul Gojek menjadi decacorn. Tentunya itu bukan hal yang mustahil dengan pencapaian yang telah diraih Tokopedia hingga saat ini.
3. Traveloka
Selain Gojek dan Tokopedia, Traveloka juga menjadi salah satu perusahaan yang menyandang status unicorn di Indonesia. Didirikan oleh Derianto Kusuma, Ferry Unardi, dan Albert Zhang, Traveloka pertamakali dirilis pada tahun 2012 silam. Awalnya, perusahaan berlogo burung ini hanya berkutat pada sector membandingkan harga tiket pesawat dari berbagai situs.
Namun seiring berjalannya waktu, Traveloka berubah menjadi aplikasi travel online yang menyediakan tempat untuk pemesanan berbagai tiket. Mulai dari tiket pesawat, tiket kereta api, booking hotel, dan masih banyak lagi.
Pada tahun 2017, barulah Traveloka mendapatkan label unicorn menyusul Gojek dan Tokopedia. Hingga pertengahan tahun 2019, nilai valuasi Traveloka sudah mencapai 4 miliar dolar Amerika atau setara dengan Rp56 triliun. Beberapa investor yang menggelontorkan dana paling besar ke Traveloka antara lain: East Ventures, Global Founders Capital, dan Expedia Inc.
Baca Juga: Manajemen Krisis Perusahaan, Pentingkah untuk Startup?
4. Bukalapak
Memiliki konsep yang sama dengan Tokopedia, Bukalapak didirikan pada tahun 2012 oleh Achmad Zaky. Pemuda lulusan ITB ini berhasil membawa nama Bukalapak sebagai platform e-commerce yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi UKM. Bukalapak secara resmi mendapatkan gelar unicorn pada tahun 2017 setelah mendapatkan suntikan dana sebesar 1 miliar dolar.
Bahkan belum lama ini, Bukalapak kembali mendapatkan suntikan segar dari perusahaan Shinhan GIB dari Korea Selatan. Kini nilai valuasi Bukalapak diperkirakan telah mencapai lebih dari 2,5 miliar dolar atau sekitar Rp35 miliar.
Artikel Menarik: Investasi Fintech: Pengertian, Tips, dan Risiko
5. OVO
Startup unicorn Indonesia kelima ada OVO yang baru menyandang sebagai perusahaan unicorn Indonesia pada Maret 2019 lalu. Perusahaan besutan grup Lippo ini didirikan pada tahun 2017 dan hanya membutuhkan dua tahun saja untuk mendapatkan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar.
Tidak hanya sampai di situ, sejak Oktober 2019 nilai valuasi OVO meningkat menjadi 2,9 miliar dolar atau setara dengan 41 triliun. Tentu sebuah pencapain yang luar biasa untuk sebuah startup baru.