Istilah valuasi kerap muncul saat sedang membahas persoalan seputar startup. Misalnya, saat startup tertentu meraih status unicorn atau decacorn dan juga saat startup mendapatkan pendanaan. Namun, tidak banyak yang mengetahui arti sebenarnya dari istilah tersebut.
Padahal, pemahaman akan valuasi perusahaan startup dan cara menghitungnya sangat penting, terutama bagi mereka yang ingin terjun ke dunia startup. Sebab, dengan hal itu, baik pemilik, pendiri, atau investor startup dapat mengetahui nilai yang tepat untuk pendanaan.
Bagi pemilik dan pendiri, mengetahui cara menghitung valuasi perusahaan startup juga memudahkan mereka untuk bernegosiasi dengan investor untuk mendapatkan pendanaan. Karena nilai valuasi terus berubah seiring perkembangan startup, maka pendiri atau pemilik startup perlu menghitungnya bukan hanya di awal pendirian perusahaan, tetapi juga saat akan melakukan ekspansi bisnis.
Lalu seperti apa cara menghitung valuasi perusahaan startup? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Baca Juga: 9 Jenis Startup yang Berkembang di Indonesia
Apa Itu Valuasi dalam Startup?
Sebelum tiba di cara menghitung valuasi perusahaan startup, tentunya perlu memahami terlebih dahulu pengertiannya. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa valuasi merupakan nilai ekonomi dari sebuah unit bisnis.
Maka, valuasi startup merupakan nilai ekonomi sebuah perusahaan startup yang memiliki potensi dan daya saing di pasar atau industrinya. Lalu apa hubungan antara valuasi dan investasi?
Misalkan, ada sebuah perusahaan startup yang nilai valuasinya USD100,000, maka investor yang ingin mendanai atau mengakuisisi startup tersebut perlu menyediakan dana sejumlah itu atau setara Rp1,5 miliar. Valuasi dibutuhkan sebagai tolok ukur potensi perkembangan startup di masa depan.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Bisnis Startup Bisa Berkembang Pesat
Inilah mengapa pemilik atau pendiri startup harus menghitung valuasi bisnisnya. Valuasi menentukan harga jual startup baik saat akan diakuisisi atau saat merger dengan startup lain.
Ada dua macam valuasi, yaitu valuasi pre-money dan valuasi post-money. Valuasi pre-money adalah nilai ekonomi unit bisnis sebelum mendapatkan investasi, sedangkan valuasi post-money adalah nilai unit bisnis setelah mendapatkan investasi. Untuk menghitung valuasi post-money, caranya adalah dengan menambahkan valuasi pre-money dengan total investasi.
Baca Juga: 8 Perbedaan Startup dan UMKM yang Perlu Diketahui
Dasar dalam Perhitungan Valuasi Startup
Setelah mengetahui apa itu valuasi startup, penting juga untuk memahami dasar perhitungannya. Untuk menghitung valuasi startup, keuntungan merupakan indikator penting. Namun, banyak juga startup yang belum mendapatkan keuntungan di masa awal pendirian dan perkembangannya. Karena itulah, perhitungan valuasi startup dapat sedikit disesuaikan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menghitung valuasi bisnis secara konvensional, yaitu market cap (nilai perusahaan di bursa saham), nilai dari jenis saham lain yang dimiliki perusahaan, utang, dan juga uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Valuasi = (nilai saham + utang) – uang tunai
Lalu bagaimana jika startup belum mendapatkan keuntungan? Nah, biasanya pemilik atau pendiri startup atau calon investor memperhatikan hal-hal lain seperti nominal transaksi, jumlah pengguna, inovasi teknologi, kualitas tim, hingga kompetitor.
Baca Juga; Tahapan Pendanaan Startup: Dijelaskan dari Awal hingga IPO
Metode dan Cara Menghitung Valuasi Startup
Rumus di atas bukan patokan atau satu-satunya cara menghitung valuasi startup. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena itulah, ada berbagai metode yang dapat dipilih, yaitu:
Metode cost-to-duplicate
Pertama, metode cost-to-duplicate untuk menghitung valuasi startup yang melakukan duplikasi bisnis. Pada intinya, dengan metode ini investor tidak perlu mengeluarkan dana lebih dari apa yang hendak diduplikasi.
Biaya yang dihitung didasarkan pada riwayat pengeluaran yang terverifikasi, seperti biaya riset, hak paten, dan pengembangan prototipe. Kelemahan dari metode ini ialah tidak dapat memprediksi potensi keuntungan investasi.
Penyebabnya antara lain lantaran aset tak berwujud tidak dapat dihitung menggunakan metode ini, seperti misalnya nilai brand.
Baca Juga: Apa Itu Strategi Pivot dan Kapan Startup Perlu Melakukannya
Metode Berkus
Metode ini cukup banyak digunakan dan menggunakan nilai dollar Amerika Serikat (USD) untuk menghitung valuasi startup. Ada beberapa indikator yang dapat meningkatkan nilai atau valuasi startup.
Setiap indikator dapat menambah nilai hingga USD500,000. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
- Ide startup yang menarik
- Prototipe minim risiko
- Kualitas tim manajemen baik
- Strategi relasi yang minim risiko pasar
- Penjualan tidak terganggu risiko produksi
Pada intinya, pengurangan risiko merupakan hal yang utama dalam metode ini. Investor pun dapat melihat prediksi keuntungan dari investasi yang dilakukan.
Baca juga: Ini Perbedaan CEO dan Direktur dalam Perusahaan Startup
Metode scorecard
Metode valuasi berikutnya adalah scorecard yang menggunakan persentase untuk menghitung valuasi startup. Caranya ialah dengan membandingkan startup berdasarkan rata-rata nilai pre-money dengan startup lain di industri yang sama.
Elemen-elemen yang dinilai dalam metode scorecard adalah:
- Kekuatan manajemen tim 0-30%
- Produk dan teknologi 0-25%
- Lingkungan yang kompetitif 0-10%
- Marketing/platform penjualan/kemitraan 0-10%
- Kebutuhan untuk investasi tambahan 0-5%
- Potensi perkembangan 0-25%
- Lain-lain 0-10%
Metode ini lebih fleksibel sehingga startup dapat memberi nilai lebih pada aset-aset penting.
Baca Juga: Pengertian Iteration Process dan Pentingnya bagi Startup
Metode venture capital
Selanjutnya ada metode venture capital yang cukup populer untuk menghitung valuasi startup. Metode ini berfokus kepada return of investment (ROI) dengan menggunakan rumus berikut:
ROI = nilai terminal (atau harvest) : valuasi post-money
Misalnya, nilai terminal startup sebesar USD3 juta dengan prediksi ROI mencapai 10 kali lipat. Untuk mencapai hasil tersebut, dibutuhkan modal sebesar USD100,000.
Maka, berikut valuasi startup tersebut sebelum dan sesudah penanaman modal:
USD 3 juta : 10 = USD300,000 (valuasi setelah penanaman modal)
USD300,000 – USD100,000 = USD200,000 (valuasi sebelum penanaman modal)
Baca juga: 7 Tugas Venture Capitalist, Tak Asal Berinvestasi!
Metode comparable transactions
Metode ini dilakukan dengan membandingkan beberapa metrik seperti Gross Merchandise Value (GMV), jumlah pendapatan, pendapatan bulanan yang berulang, dan jumlah pengguna aktif mingguan untuk aplikasi mobile.
Metode ini membandingkan valuasi startup sendiri dengan startup lainnya dari data yang disebutkan oleh media. Jika startup yang dibandingkan sudah masuk bursa saham, akan terlihat market cap dari perusahaan tersebut.
Itu dia sejumlah cara dan metode menghitung valuasi perusahaan startup. Jadi, pada intinya ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung valuasi startup, tergantung dari elemen atau faktor yang ingin dimasukkan ke dalam perhitungan.