Likuiditas merupakan konsep penting dalam keuangan yang merujuk pada kemampuan suatu aset atau instrumen keuangan untuk diubah menjadi uang tunai dengan cepat tanpa menimbulkan kerugian signifikan. Pemahaman yang baik tentang likuiditas membantu individu dan perusahaan dalam mengelola keuangan mereka dengan lebih efektif.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pengertian likuiditas, jenis-jenisnya, dan cara menghitungnya untuk membantu pembaca memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep ini.
Apa Itu Likuiditas?
Likuiditas merujuk pada tingkat efisiensi atau kemudahan aset untuk diubah menjadi uang tanpa mempengaruhi harga pasar. Semakin cair sebuah aset, semakin mudah bagi aset tersebut untuk diuangkan sesuai kebutuhan.
Aset yang memiliki likuiditas tinggi dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai. Sebaliknya, aset yang memiliki likuiditas rendah akan sulit diperdagangkan di pasar karena penawaran dan permintaannya rendah.
Likuiditas juga digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban utangnya, yang dapat diukur melalui analisis rasio.
Fungsi Likuiditas
Fungsi-fungsi likuiditas dalam perusahaan meliputi:
- Sebagai sumber dana darurat saat ada kebutuhan mendadak
- Menilai ketersediaan kas dan aset yang dapat dengan cepat diubah menjadi uang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
- Digunakan sebagai faktor penilaian apakah perusahaan layak mendapatkan pinjaman modal atau investasi
- Mendukung kelancaran aktivitas bisnis sehari-hari
- Bagi lembaga keuangan, likuiditas memudahkan nasabah dalam menarik dana mereka
Komponen Likuiditas
Likuiditas dapat dijelaskan dengan tiga komponen utama, yaitu kerapatan, kedalaman, dan resiliensi. Ketiga komponen ini saling terkait untuk menjaga tingkat likuiditas dan stabilitas ekonomi suatu perusahaan atau organisasi.
Kerapatan mencerminkan adanya perbedaan antara harga yang disepakati dan harga normal suatu produk.
Kedalaman merujuk pada perbedaan antara jumlah atau volume produk yang dijual dan dibeli pada tingkat harga tertentu.
Resiliensi adalah kecepatan perubahan harga yang signifikan untuk kembali ke harga efisien setelah terjadi penyimpangan atau ketidakstabilan harga.
Jenis Likuiditas
Dari pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa istilah yang terkait dengan likuiditas. Terdapat tiga jenis likuiditas yang dapat dipahami secara detail seperti berikut ini:
-
Likuiditas aset
Jenis likuiditas ini berkaitan dengan tingkat kemudahan suatu aset untuk diubah menjadi uang tunai. Tingkat likuiditas aset berbeda-beda tergantung pada jenis aset yang dimiliki.
Misalnya, apakah uang tunai, rumah, atau saham yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi atau paling rendah?
-
Likuiditas pasar
Likuiditas pasar merujuk pada kondisi pasar di mana suatu aset dapat diperdagangkan. Semakin likuid pasar, berarti pasar tersebut dapat mendukung transaksi jual-beli dalam jumlah yang besar.
Sebaliknya, pasar yang kurang likuid biasanya memiliki jumlah penjual dan pembeli yang lebih sedikit. Contohnya adalah pasar barang koleksi langka atau pasar saham.
-
Likuiditas akuntansi
Likuiditas keuangan atau akuntansi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktunya.
Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik akan mampu memenuhi kewajiban tersebut dengan lancar.
Para investor sering menggunakan ini sebagai ukuran untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan.
Cara Menghitung Likuiditas
Likuiditas merupakan patokan yang digunakan oleh investor dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya.
Para analis keuangan umumnya menggunakan beberapa jenis rasio untuk mengukur likuiditas keuangan. Mengapa terdapat berbagai jenis rasio yang digunakan? Setiap analis atau investor memiliki standar mereka sendiri dalam mengukur likuiditas, mulai dari yang paling ketat hingga yang lebih fleksibel.
Berikut adalah beberapa jenis rasio yang perlu dipahami:
-
Current ratio
Rasio likuiditas pertama adalah current ratio, yang merupakan pengukuran yang tidak terlalu ketat dan paling mudah. Rasio ini sederhana karena hanya membandingkan aset lancar (aset yang dapat dicairkan dalam satu tahun) dengan utang lancar (utang yang harus dibayarkan dalam satu tahun).
Rumusnya adalah:
Current Ratio = Aset lancar / Utang lancar
-
Quick ratio
Quick ratio, juga dikenal sebagai acid-test ratio, merupakan pengukuran yang lebih ketat untuk menghitung likuiditas. Beberapa aset, seperti persediaan dan aset lancar lainnya yang dianggap tidak likuid, tidak diikutsertakan dalam perhitungan rasio ini. Aset yang dihitung meliputi uang tunai, investasi jangka pendek, dan piutang.
Rumusnya adalah:
Quick Ratio = (Uang tunai + Investasi jangka pendek + Piutang) / Utang lancar
-
Acid-test ratio (variasi)
Berbeda dengan jenis sebelumnya, terdapat variasi dalam acid-test ratio yang memperhitungkan persediaan. Hal ini dapat menghasilkan rasio yang lebih besar dan membantu perusahaan.
Rumusnya adalah:
Acid-Test Ratio (Variation) = (Aset lancar – Persediaan – Biaya dibayar di muka) / Utang lancar
-
Cash ratio
Rasio likuiditas paling ketat adalah cash ratio. Rasio ini hanya memperhitungkan uang tunai atau aset yang sepadan dengan uang tunai tanpa mempertimbangkan jenis aset lain yang termasuk dalam aset lancar.
Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang dalam situasi terburuk, misalnya ketika perusahaan tidak memiliki waktu untuk mencairkan aset lainnya.
Rumusnya adalah:
Cash Ratio = Uang tunai atau aset yang sepadan dengan uang tunai / Utang lancar
Likuiditas memiliki peran yang penting dalam keuangan perusahaan, mengindikasikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial dengan cepat.
Dengan pemahaman yang baik tentang likuiditas dan kemampuan untuk mengukur dan mengelola likuiditas dengan tepat, perusahaan dapat menjaga kesehatan keuangan mereka dan menghadapi tantangan yang mungkin terjadi di masa depan.