Investasi saat ini telah dilakukan oleh banyak orang dan bukan hanya menarik orang tua, tetapi juga generasi muda. Data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan bahwa pada pertengahan tahun 2022, jumlah investor saham di Indonesia mencapai 4 juta orang yang didominasi investor berusia di bawah 40 tahun, yaitu Gen Z dan millennial.
Bentuk investasi pun bermacam-macam, bukan hanya saham, tetapi juga emas, tanah, dan masih banyak lagi. Lalu, bagaimana caranya agar dapat berinvestasi dengan tepat sesuai tujuan yang ingin dicapai?
Untuk mengetahuinya, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
Apa Itu Investasi?
Investasi adalah kegiatan penanaman modal ke suatu benda, lembaga, atau sebuah pihak. Modal yang ditempatkan bisa berupa uang maupun aset berharga lainnya. Dengan berinvestasi, pemodal atau investor mengharapkan keuntungan setelah beberapa waktu.
Pada umumnya, dana investasi akan dikelola oleh pihak ketiga yang merupakan sebuah badan atau lembaga. Keuntungannya kemudian dibagikan kepada investor sebagai imbal balik sesuai dengan perjanjian antara kedua pihak.
Investasi juga biasanya dilakukan untuk jangka menengah hingga jangka panjang sehingga aset yang dibeli telah mengalami peningkatan nilai. Meski begitu, tidak semua investasi dapat menghasilkan keuntungan.
Masing-masing memiliki risiko kerugian tersendiri. Karena itulah, penting bagi calon investor untuk memahami betul jenis atau instrumennya sebelum mulai berinvestasi.
Tujuan Investasi
Ada beberapa tujuan yang bisa dicapai investor saat berinvestasi, yaitu:
- Mengembangkan usaha
- Mendapatkan penghasilan sampingan
- Membentuk dan mengontrol dana untuk kepentingan khusus, seperti dana darurat, dana pendidikan, dana pernikahan, hingga DP rumah
- Meraih kondisi finansial yang lebih mapan di masa mendatang
- Mengurangi tekanan akibat inflasi
- Mendapatkan jaminan bisnis
- Berpartisipasi dalam pembangunan negara
- Menjaga hubungan antar perusahaan
Baca juga: 8 Tujuan Investasi yang Perlu Anda Ketahui
Manfaat Investasi
Jika dilakukan dengan benar, investasi dapat memberikan segudang manfaat. Berikut sejumlah manfaat yang bisa didapatkan dari investasi:
1. Mencukupi kebutuhan di masa mendatang
Kerap kali, kebutuhan di masa mendatang sangat banyak dan tidak terduga jika tidak disiapkan sedari jauh hari. Investasi dapat menutup keterkejutan itu dengan cara mulai berinvestasi sekarang sehingga ketika investor membutuhkan dana di masa depan, nilainya sudah naik.
2. Meningkatkan aset
Manfaat berikutnya dari investasi adalah meningkatkan aset, khususnya pada investasi properti, misalnya tanah, apartemen, atau rumah yang nilainya selalu naik kecuali pada saat krisis. Namun, yang perlu diingat di sini adalah peningkatan nilai aset membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup panjang.
4. Menciptakan gaya hidup hemat
Saat seseorang berinvestasi, secara otomatis akan menjaga pengeluaran agar pos uang untuk investasinya dapat selalu terpenuhi. Karena itu, investor biasanya memilih harga barang yang lebih ekonomis dan menghindari membeli barang yang tidak penting.
5. Menghindari utang
Manfaat berikutnya dari investasi adalah untuk menghindari utang. Dengan gaya hidup hemat, besar kemungkinan seseorang terhindar dari utang. Orang yang berinvestasi cenderung menghindari utang dan memilih gaya hidup yang lebih sederhana agar dapat memperbaiki keadaan finansial.
Risiko Investasi yang Harus Diwaspadai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap jenis atau instrument investasi memiliki risiko tersendiri. Berikut 7 risiko investasi yang perlu diwaspadai:
1. Risiko pasar
Risiko pasar disebabkan oleh fluktuasi Nilai Aktiva Bersih (NAB). Penyebabnya adalah perubahan sentiment pasar keuangan, seperti obligasi dan instrumen saham.
Sejumlah kondisi dapat menyebabkan perubahan pada pasar, misalnya kerusuhan, resesi ekonomi, hingga spekulasi perubahan politik. Risiko pasar tidak dapat dihindari dan pasti akan terjadi pada investor tak peduli profil risikonya seperti apa.
Seorang investor bisa mengalami capital loss saat bertemu dengan risik pasar. Jadi, jangan langsung kecewa dan mencairkan dana saat menghadapinya karena penurunan nilai aset tidak akan terjadi secara terus menerus.
2. Risiko inflasi
Inflasi merupakan hal yang niscaya terjadi. Dalam investasi, risiko inflasi atau yang juga disebut sebagai risiko daya beli menyebabkan nilai aset yang dimiliki saat ini mengalami penurunan nilai di masa depan.
Risiko inflasi berpotensi merugikan daya beli masyarakat terhadap investasi karena kenaikan rata-rata dari harga konsumsi. Namun, risiko ini hanya dihadapi oleh investor yang memegang uang tunai atau berinvestasi di instrumen yang terkait inflasi.
3. Risiko suku bunga
Selanjutnya risiko suku bunga yang timbul akibat memburuknya nilai relatif aktiva berbunga, misalnya pinjaman atau obligasi. Penyebabnya ialah peningkatan suku bunga.
Perubahan suku bunga ini akan memengaruhi imbal balik dari investasi. Yang terjadi pada umumnya adalah peningkatan suku bunga tetapi harga obligasi berbunga turun, berlaku sebaliknya.
4. Risiko re-investment
Risiko re-investment merupakan risiko yang terjadi pada penghasilan dari aset keuangan yang mengakibatkan investor harus melakukan investasi kembali. Ketika re-invest, kemungkinan besar imbal hasil yang didapatkan akan lebih rendah.
5. Risiko negara
Risiko ini disebut juga sebagai risiko politik yang merujuk kepada situasi dan kondisi politik suatu negara, misalnya ada perubahan ketentuan perundang-undangan yang berpengaruh ke ekonomi pada umumnya atau investasi pada khususnya.
Pada tingkat ekstrem, perubahan ketentuan hukum dapat menyebabkan hilangnya investasi yang sudah ditanam. Karena itulah, sebelum berinvestasi, apalagi di luar negeri, investor harus mempertimbangkan kondisi politik setempat.
6. Risiko valas atau nilai tukar mata uang
Selanjutnya risiko valuta asing (valas) akibat perubahan kurs mata uang di pasaran. Perubahan ini biasanya tidak sesuai harapan saat nilai mata uang asing dikonversikan ke mata uang domestik.
7. Risiko likuiditas
Terakhir risiko likuiditas yang disebabkan oleh kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, A tidak bisa membayar kewajibannya saat jatuh tempo secara tunai.
Meskipun ia memiliki banyak aset untuk melunasi utangnya, jika tidak dapat dicairkan secara tunai maka asetnya tidak likuid. Risiko ini biasanya dihadapi oleh pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil dan terkait dengan percepatan sekuritas yang diterbitkan oleh pihak perusahaan yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Baca juga: 5 Jenis Investasi yang Populer dan Berpotensi Menguntungkan
Jenis-Jenis Investasi
Jenis-jenis investasi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan instrumen dan berdasarkan jangka waktu. Berikut penjelasan selengkapnya.
Jenis Investasi Berdasarkan Jangka Waktu
Ada dua jenis investasi berdasarkan jangka waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
1. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek memungkinkan investor mendapatkan imbal balik dalam jangka waktu kurang dari tiga tahun. Pada umumnya, investasi ini juga dapat dikonversikan dengan uang.
Kekurangannya, imbal hasilnya lebih kecil sehingga lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu dekat. Contoh dari investasi jangka pendek adalah obligasi jangka pendek, deposito, dan pasar saham.
Baca Juga: 10 Jenis Investasi Jangka Pendek yang Menguntungkan
2. Investasi jangka panjang
Sebaliknya, investasi jangka panjang merupakan investasi yang imbal hasilnya baru dapat dirasakan setelah melewati waktu tiga tahun, mulai dari lima, sepuluh, belasan, hingga puluhan tahun mendatang.
Imbal hasilnya juga tentunya lebih besar dibandingkan investasi jangka pendek. Investasi ini cocok untuk memenuhi kebutuhan seperti dana pendidikan, kebutuhan nikah, dana pensiun, dan lain-lain. Contoh investasi jangka panjang adalah investasi saham dan investasi emas.
Baca Juga: 10 Contoh Investasi Jangka Panjang dan Pengertiannya
Jenis Investasi Berdasarkan Instrumen
Untuk investasi berdasarkan instrumen, ada sangat banyak jenisnya yaitu:
- Investasi deposit
- Investasi cryptocurrency
- Investasi Syariah
- Investasi obligasi
- Investasi valuta asing
- Investasi reksa dana
- Investasi saham
- Investasi emas
- Investasi properti
Cara Investasi yang Aman
Setelah memahami apa itu investasi hingga jenis-jenisnya, tentunya perlu juga untuk memahami cara berinvestasi yang aman agar dapat menghindari kerugian. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini, ya!
1. Pahami konsep dan risiko investasi
Yang pertama tentunya setiap calon investor harus memahami konsep dan risiko investasi. Sebelum menanamkan dana atau modal, baca dan pahami dengan baik.
Calon investor juga dapat bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman atau investor lainnya. Jangan lupa, setiap jenis investasi memiliki risikonya sendiri-sendiri.
Jadi, jangan ragu untuk bertanya agar dapat membuat keputusan terbaik dan tidak menyesal di kemudian hari.
2. Buat tujuan keuangan yang jelas
Sebelum berinvestasi, tentukan tujuan yang ingin dicapai, misalnya untuk dana pendidikan, pensiun, atau menikah. Hal ini akan menentukan apakah harus berinvestasi jangka pendek atau jangka panjang.
Selain itu, calon investor juga akan lebih mudah dalam menentukan pos-pos investasi dalam arti berapa jumlah yang harus diinvestasikan setiap bulannya.
3. Tentukan instrumen investasi
Selanjutnya, tentukan instrumen investasi sesuai risiko dan tujuan masing-masing. Di beberapa aplikasi investasi terkini, calon investor bisa mengisi kuesioner untuk mengetahui profil risikonya.
Contoh profil risiko adalah investor konservatif di mana ia menyukai investasi yang stabil dan kurang menyukai fluktuasi nilai investasi. Kemudian ada juga investor moderat yang masih toleran dengan fluktuasi harga dan sudah cukup puas ketika investasinya tumbuh melampaui tingkat inflasi dan deposito bank. Terakhir adalah investor agresif yang siap dengan risiko kehilangan modal, merasa nyaman dengan fluktuasi harga yang tajam karena ingin nilai investasinya bertambah berkali lipat.
4. Buka rekening investasi
Sesudah menentukan instrumen investasi yang diinginkan, segera buka rekening investasi di Lembaga keuangan seperti perusahaan sekuritas, perusahaan manajer investasi, atau di aplikasi online.
Siapkan kartu identitas, nomor rekening bank, NPWP, dan sejumlah syarat lainnya. Siapkan juga modal awal yang ingin ditanam. Sekarang, investor bisa berinvestasi hanya dengan modal awal Rp100.000,-.
5. Disiplin berinvestasi
Inilah tantangan yang akan dihadapi saat seseorang berinvestasi, yaitu kedisiplinan. Untuk mencapai tujuan investasi, investor harus rutin berinvestasi sejumlah tertentu dalam waktu tertentu.
Jadi, siapkan uang atau aset yang diperlukan, pastikan semuanya siap setiap bulannya. Jangan lupa untuk menghindarkan diri dari godaan finansial. Sebaiknya, investor juga berinvestasi dari uang dingin, bukan uang yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Itu dia penjelasan tentang jenis investasi hingga cara berinvestasi yang aman. Investor yang baik idealnya telah memenuhi indikator kesiapan finansial, seperti kondisi keuangan tidak deficit, beban cicilan utang tidak melebihi 30% pendapatan rutin bulanan, dan memiliki dana darurat minimal 30% dari target dana darurat yang ideal.
Pikirkan baik-baik sebelum berinvestasi agar dapat memilih investasi yang sesuai dan mendapatkan hasil yang diharapkan.