Mengembangkan startup dengan pembiayaan dari investor atau pendanaan berbagai seri dari venture capital sudah biasa, tetapi ternyata ada cara lain, yaitu bootstrapping. Berkebalikan dengan pendanaan investor, bootstrapping hanya mengandalkan sumber daya dari pihak startup sendiri.
Terlihat sangat berat, ya, mengembangkan startup hanya dengan modal sendiri ditambah pendapatan startup. Namun, sebenarnya metode ini juga memiliki sejumlah kelebihan.
Ingin tahu lebih lanjut? Simak artikel ini sampai selesai, ya!
Apa Itu Bootstrapping pada startup?
Pertama-tama, kita perlu memahami definisi bootstrapping pada startup terlebih dahulu. Istilah bootstrapping sebenarnya digunakan dalam dua bidang, yaitu startup dan website.
Yang dibahas dalam artikel ini adalah bootstrapping dalam konteks pengembangan startup. Bootstrapping adalah metode pengembangan startup dengan hanya mengandalkan kekuatan atau sumber daya sendiri yang tersedia.
Artinya, startup tersebut dikembangkan hanya dengan modal seadanya dari tabungan atau simpanan sendiri.
Startup dicoba dipertahankan dengan mengandalkan pendapatan dalam usaha yang dijalankan. Pada intinya, bootstrapping merupakan proses membangun bisnis tanpa mencari modal dari investor atau pihak eksternal.
Cara ini biasanya dipilih karena pemilik startup tidak ingin berbagi ekuitas atau meminjam uang dalam jumlah besar dari bank.
Lalu, dari mana dana bisnis yang menggunakan bootstrapping berasal? Bisnis bergantung pada sumber pembiayaan internal, kartu kredit, hipotek, dan pinjaman yang besarnya jelas jauh lebih terbatas jika dibandingkan pendanaan dari investor.
Baca Juga: Tahapan Pendanaan Startup: Dijelaskan dari Awal hingga IPO
Tujuan dan Fungsi Bootstrapping
Setelah memahami arti dari bootstrapping, selanjutnya pelaku usaha juga perlu mengetahui apa tujuan dan fungsinya. Berikut beberapa tujuan dan fungsi bootstrapping:
1. Menjaga idealisme pendiri startup
Dengan modal yang berasal dari kantong sendiri, pendiri startup tidak perlu repot-repot berkompromi dengan pihak lain (misalnya investor startup) dalam berbagai hal. Semua hanya perlu disesuaikan dengan idealismenya sendiri.
2. Lebih fleksibel
Fleksibel dalam hal ini berarti jika suatu saat pendiri startup ingin mengubah haluan bisnis di tengah jalan, akan lebih mudah dilakukan jika dibandingkan saat startup didanai investor. Fleksibilitas inilah yang menjadi alasan para pendiri startup yang melakukan bootstrapping.
3. Fokus pada produk
Persaingan startup yang melakukan bootstrapping dengan startup yang lebih besar dan didanai investor pasti terjadi. Oleh karena itu, biasanya startup yang bootstrapping akan lebih fokus mengembangkan produk supaya bisa mengungguli kompetitor.
Sementara itu, startup besar justru mengalami sebaliknya, bisa jadi mereka sudah tidak fokus di produk melainkan ekspansi ke pasar yang lebih luas.
Tahapan Bootstrapping
Bagi pendiri startup yang ingin mengandalkan bootstrapping sebagai metode pengembangan bisnis, pahami terlebih dahulu tahapan bootstrapping berikut ini.
1. Tahap pemula
Pada tahap awal, bootstrapping biasanya dimulai dengan menggunakan sejumlah uang simpanan atau pinjaman atau investasi yang berasal dari teman/kerabat/rekan kerja yang cukup dekat. Dalam hal ini, pendiri startup bisa saja masih melakoni pekerjaan seperti biasa sambil memulai bisnis.
2. Tahap yang didanai pelanggan
Ketika bisnis sudah mulai berkembang, pelanggan atau klien pun mulai bertambah dan menetap. Dana yang berasal dari pelanggan atau klien pun dapat digunakan untuk menjaga keberlangsungan bisnis, sehingga dapat tetap beroperasi dan bertumbuh.
3. Tahap kredit
Terakhir, tahap kredit adalah saat di mana pemilik bisnis mulai mengambil pinjaman untuk tambahan modal usaha. Biasanya, hal ini dilakukan saat bisnis berniat untuk melakukan ekspansi. Modal usaha yang didapatkan dari kredit pun digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari penambahan staf, meningkatkan kualitas alat produksi, dan lain-lain.
Baca Juga: Seed Funding dan Cara Mendapatkan Investor untuk Perusahaan Startup
Kelebihan dan Kekurangan Bootstrapping
Setiap metode pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, tak terkecuali bootstrapping. Sebelum memutuskan untuk bootstrapping, ketahui dulu kelebihan dan kekurangannya berikut ini!
Kelebihan Bootstrapping
Berikut ini kelebihan bootstrapping:
1. Hanya uang sendiri yang dipertaruhkan
Sembari menjalankan bisnisnya, pelaku usaha bisa mendapatkan banyak pengalaman. Jika usahanya gagal, ia tidak perlu membayar atau melunasi pinjaman ke pihak lain.
Namun, jika berhasil, pemilik usaha dapat menghemat modal dan bisa juga menarik investor Dengan begitu, bisnisnya pun berpeluang untuk semakin naik level.
2. Memicu kreativitas pebisnis
Pemilik bisnis yang kekurangan pendanaan di awal tentunya akan mencari cara yang tidak biasa untuk memecahkan masalah dan mencari jalan keluar. Mereka harus melakukan berbagai cara untuk menawarkan produknya di pasaran, dan mempertahankan bisnisnya. Artinya, metode bootstrapping mengajarkan pelaku usaha untuk menjadi lebih kreatif selagi belum mendapatkan suntikan dana yang besar.
3. Independen dari opini investor
Berbeda dengan startup yang didanai investor, startup yang biayanya berasal dari bootstrapping bisa diputuskan arahnya oleh pemilik usaha saja tanpa memikirkan opini investor.
Semua keputusan bisa diambil sendiri tanpa campur tangan banyak pihak, sehingga pelaku usaha mampu menciptakan sesuatu yang unik, mewujudkan impian, menguji kekuatan, dan menerapkan kebijakan tanpa instruksi investor.
Kekurangan Bootstrapping
Berikut ini kekurangan bootstrapping:
1. Pertumbuhan terhambat
Pertumbuhan bisnis bisa terhambat ketika misalnya permintaan produk melebihi kapasitas produksi perusahaan. Sementara itu, di sisi lain, belum ada dana yang memadai untuk meningkatkan kapasitas produksi.
2. Risiko ditanggung sendiri
Jika mengalami kerugian, pengusaha mau tidak mau menanggung segala risikonya sendiri. Sementara jika disokong investor, kerugian ditanggung bersama.
3. Modal terbatas
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bootstrapping adalah metode pengembangan bisnis tanpa melibatkan investor. Secara otomatis, modal yang digunakan jauh lebih terbatas jika dibandingkan dengan bisnis yang mengandalkan modal dari investor.
Baca Juga: Metode Lean Startup: Prinsip dan Tujuannya untuk Bisnis
Cara Melakukan Bootstrapping untuk Startup
Terakhir, bagi calon pendiri startup yang ingin melakukan bootstrapping, perhatikan beberapa langkah berikut ini sebelum eksekusi :
1. Cari mentor
Untuk bisa melakukan bootstrapping dengan sukses, pendiri startup harus mau belajar kepada mentor yang sudah berdedikasi dan berpengalaman di bidangnya. Mentor akan membantu memperluas sudut pandang dan cara berpikir, bahkan juga memberikan tips dan trik sebelum melakukan bootstrapping.
2. Susun rencana bisnis
Jangan hanya membuat rencana di pikiran, tetapi tuliskan juga dalam bentuk proposal bisnis. Dengan begitu, akan terlihat seberapa layaknya bisnis tersebut. Jangan lupa sediakan rencana cadangan jika kelak bisnis tak berjalan seperti yang diharapkan.
3. Fokus pada operasional perusahaan
Ketika masih melakukan bootstrapping, maka pendiri startup sangat perlu membatasi fokus pada hal-hal penting, seperti produk, marketing, staf, dan akuntansi. Hal-hal lain bisa menyusul jika dibutuhkan dan jika sudah ada dana tambahan yang masuk.
4. Cari alternatif pendanaan
Bisnis baru berisiko untuk mengalami kerugian di awal pendiriannya. Oleh karena itu, harus disiapkan alternatif pendanaan, misalnya dari pinjaman khusus bisnis kecil.
Jangan sampai bisnis mandek di tengah jalan karena kurangnya antisipasi.
5. Bentuk tim yang solid dan berkualitas
Kesamaan visi misi dalam tim sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu merekrut orang-orang dengan visi misi yang sama dengan perusahaan.
Jangan ragu untuk merekrut talenta berkualitas agar hasil yang didapat pun tidak mengecewakan.
Nah, itu dia sedikit tentang bootstrapping dari pengertian sampai cara melakukannya. Ingat, sebelum memutuskan untuk bootstrapping, pastikan dananya sudah ada, termasuk dana cadangan agar bisnis tidak berhenti di tengah jalan.